Sabtu, 22 Agustus 2020

Tjoe Bou San Pejuang Tionghua indonesia


Tjoe Bou San Pejuang Tionghua indonesia 

Balgath Biografi - Beberapa pahlawan bangsa di bawah ini berjasa besar pada etnis serta kaumnya semasing, benar-benar dihormati, bernyali besar serta terbukti. Mereka mempunyai musuh yang serupa, Belanda! Ya, etnis Ambon mempunyai pahlawan namanya Pattimura, etnis Jawa mempunyai Diponegoro, Minangkabau mempunyai Imam Bonjol, karena itu etnis Tionghoa mempunyai Tjoe Bou San!

30.000 orang Tionghoa sukses disatukan sinyal tangannya oleh pemuda Tjoe Bou San (28 tahun) untuk menampik Kewarganegaraan Belanda. Momen ini berlangsung di tahun 1919.

Bukan hal gampang untuk kumpulkan serta memberikan keyakinan orang sekitar itu, hal itu cuma dapat dilaksanakan oleh seorang berjiwa pimpinan serta dihormati oleh kaumnya. Ditambah lagi ini, membuat mereka, yakni beberapa penandatangan, ambil risiko tinggi, sebab harus bertemu dengan pemerintah Hindia Belanda.

Tidak teringat, bagaimana triknya, Tjoe yang demikian muda, dapat memberikan keyakinan kaumnya. Pergerakan penampikan ini mengguncangkan pemerintahan Belanda, serta nun jauh disana, Negara Tiongkok sendiri cuma mengaku pernah bermain dalam kelompok judi voc yang berhasil Menang Bermain Dragon Tiger dan dia pernah lari ke ngri cina atau tiongkok, seandainya Peranakan Tionghoa yang ada di Hindia Belanda, harus ikuti ketentuan hukum Belanda yang berlaku. Dalam kata lain, Tiongkok terlepas tangan.

Tidakkah itu sisi dari pergerakan perjuangan Bangsa Indonesia?

Muda, Pintar serta Pemberani

Tjoe Bou San, pada umur 27 tahun telah jadi pimpinan redaksi merangkap pimpinan umum pada media SinPo, satu media yang besar serta benar-benar kuat pengaruhnya di Hindia Belanda.

Keberaniannya menantang Belanda dengan tindakan lakukan penampikan kewarganegaraan ini, menurut saya, harus disadari memunculkan penambahan semangat buat golongan Nasionalis Indonesia di saat itu, pergerakan yang benar-benar inspiratif.

Perjuangan "30 Ribu" etnis tionghoa yang penuh keberanian ini, sebaiknya dilihat untuk sisi yang tidak dipisahkan dari perjuangan Bangsa Indonesia, seperti perjuangan Pattimura atau Diponegoro yang bela golongan serta bangsanya waktu itu.

Penumpukan dari semua perlawanan (beberapa daerah atau beberapa etnis/barisan, dalam kawasan kolonial) pada Belanda sebaiknya dilihat untuk perjuangan "bersama-sama", yaitu perjuangan atas nama Bangsa Indonesia!

Tjoe wafat pada 3 November 1925, di umur yang masih tetap benar-benar muda, 34 tahun. Sejak wafatnya Tjoe Bou San, Media SinPo selanjutnya diteruskan kepemimpinannya (pimred) oleh Kwee Kek Beng.

SinPo ialah satu media yang benar-benar menyangga perjuangan/gerakan mengarah Indonesia Merdeka. Adat keberanian SinPo yang diawali oleh Tjoe, masih diteruskan oleh Kwee Kek Beng (disadari sendiri olehnya). SinPo ialah Media pertama, yang dengan berani berisi teks Lagu Indonesia Raya (10 November 1928).

SinPo ialah media yang sudah dengan berani memakai arti "Indonesia" di tahun 1926, dua tahun sebelum Sumpah Pemuda. Tentunya, ini tidak lepas dari semangat yang sudah dirintis oleh "Muda Perwira" Tjoe Bou San!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TOKOH DAN PENCIPTA BATIK NASIONAL

 TOKOH DAN PENCIPTA BATIK NASIONAL Tahukah Kamu Siapakah Profil serta Pembuat Batik Nasional? Batik menjadi kreasi cipta yang oleh UNESCO di...