Kamis, 10 September 2020

Biografi Joe-Hin Tjio

 

Biografi Joe-Hin Tjio

Siapa duga seseorang akademikus dari Indonesia nyatanya bertindak penting dalam kemajuan bioteknologi terutama genetika. Ia berbarengan partnernyalah yang mendapati serta meyakinkan kalau kromosom manusia sejumlah 23 pasang, walaupun sebenarnya awal mulanya banyak akademikus yakin kalau jumlah kromosom manusia yaitu 24.

Peristiwanya berasal tahun 1921, ada tiga orang yang hadir terhadap Theophilus Painter memohon buat dikebiri. Dua pria kulit hitam serta seseorang pria kulit putih itu memasrahkan 'senjata' mereka dilepas berdasar pada keyakinan yang mereka anut. Painter yang orang Texas ini terus memonitor isi testis ke-tiga orang barusan, ia sayat tipis-tipis, lantas diolah dengan larutan kimia, serta ia cermati di bawah mikroskop. Nyatanya dia menyaksikan ada serabut-serabut kusut sebagai kromosom gak berpasangan pada sel testis. Hitungan ia waktu itu ada 24 kromosom. Ia begitu meyakini, ada 24.

‘Keyakinan' ini dikuatkan oleh akademikus yang lain memonitor lewat cara berlainan, mereka lantas memperoleh hasil yang serupa, 24 kromosom. Bahkan juga sampai 30 tahun ‘keyakinan' ini bertahan. Demikian yakinnya banyak akademikus bakal hitungan ini sampai ada serangkaian akademikus tinggalkan analisa mereka terkait sel hati manusia lantaran mereka tak mendapati kromosom ‘ke-24′ dalam sel itu, mereka ‘hanya' mendapati 23 saja. Akademikus lain sukses memisah-misahkan kromosom manusia serta menghitungnya, jumlah? Terus 24 pasang.

Baru 34 tahun seusai ‘tragedi' pengebirian oleh Painter, akademikus mendapati trik buat meyakinkan kalau jumlah kromosom manusia cuma ada 23, bukan 24. Yaitu Joe-Hin Tjio yang berelasi dengan Albert Levan di Spanyol mendapati tehnik yang lebih bagus buat mendapat jumlah 23 pasang kromosom manusia. Bahkan juga disaat mereka mengalkulasi kembali gambar percobaan mula-mula yang menuturkan kalau jumlah ada 24, mereka merasa cuma ada 23.

Serta memang realita kalau manusia cuma punya 23 pasang kromosom dikira aneh serta mengagetkan. Karenanya simpanse, orang utan, serta gorila, yang muatan genetiknya serupa dengan manusia punya 24 pasang kromosom. Jadi kromosom manusia ini lain ketimbang bangsa ungka (ape) lainnya. Serta periksa miliki periksa, nyatanya ada dua kromosom pada gorila yang apabila dikombinasikan ukurannya bakal serupa dengan kromosom 2 pada manusia. Benar-benar ajaib memang, ketaksamaan yang ‘kecil' ini ditambah sedikit keragaman di antara gen-gen manusia serta gorila, bikin ‘penampakan' dua-duanya jauh berlainan.

Seperti dicatat dalam Encyclopædia Britannica, Tjio (dikatakan CHEE-oh) lahir di Jawa tanggal 2 November 1919. Tjio mengenyam pendidikan basic sampai menengah di saat kolonial Belanda yang membuat bisa berbahasa Perancis, Jerman serta Inggris selain bahasa Belanda. Dia lantas kuasai pelbagai bahasa wilayah yang berada pada Indonesia. Setelah itu ia sempat pernah memahami photography menuruti jejak ayahnya yang seseorang potografer pro. Dia kerap mendukung mengerjakan pencetakan film di "kamar gelap" studio poto punya ayahnya itu. Akan tetapi seterusnya Tjio memutar stir ke sektor pertanian dengan kuliah di Sekolah Pengetahuan Pertanian di Bogor, kala itu Tjio mengusahakan meningkatkan tanaman hibrida yang tahan pada penyakit serta melaksanakan analisa pada pemuliaan kentang. Dari sini dasar pengetahuan genetika membawanya berubah menjadi seseorang pakar genetik terutama kedepannya.

Disaat Balatentara Jepang menyerang Indonesia pada 1942 serta Tjio dimasukkan dalam kamp fokus dan merasakan pelbagai ragam penindasan. Insiden itu selanjutnya berubah menjadi trauma dalam kehidupan seterusnya. Disaat perang selesai , Tjio menumpang kapal Palang Merah yang setelah itu membawanya ke Belanda. Di negeri Kincir Angin itu, dia terima beasiswa buat belajar pada Eropa."Saya tinggal dalam rumah banyak saudara beberapa orang yang sudah pernah saya tolong di penjara," ujarnya satu disaat.

Tjio cuma menumpang hidup di Belanda sepanjang 3 bulan serta seterusnya dia udah bisa mandiri lantaran peroleh pekerjaan jadi pemulia tanaman Trik Menang Poker di Copenhagen serta Swedia. Di Swedia, Tjio bersua dengan Inga, wanita Eslandia yang setelah itu dinikahinya pada 1946. Sepanjang satu 1/2 tahun dia kerja di Royal Danish Academy di Copenhagen, setelah itu ubah ke Kampus Lund di Swedia. Disana, Tjio berasosiasi dengan Institute of Genetics yang dikepalai oleh Dr. Albert Levan. Analisa sejak mulai itu tambah meluas sampai ke jaringan hewan mamalia.

Dia menyambung kembali lagi studinya perihal cytogenetik tanaman serta serangga sampai berubah menjadi pakar dalam sektor itu. Setelah itu Tjio memakan waktu 11 tahun di Zaragoza seusai pemerintah Spanyol mengundangnya buat melaksanakan studi dalam program penambahan kwalitas tanaman. Di celah berliburnya, Tjio lantas nyambi analisa di Institute of Genetics di Lund Swedia serta tertarik buat menelaah jaringan sel mamalia. Disinilah penemuannya yang menggemparkan itu dia melakukannya.

Tjio tengah coba mendalami kromosom manusia serta tiada berniat waktu pagi hari 22 Desember 1955 berlangsung penemuan menakjubkan. Tjio memanfaatkan satu tehnik yang baru diketemukan buat memisahkan kromosom dari pokok (nukleus) sel dengan memanfaatkan tehnik buat pembelahan kromosom pada sediaan gelas yang diciptakan Dr. T.C. Hsu dari Kampus Texas di Galveston, Tjio melaksanakan penyempurnaan untuk tehnik itu. Nyatanya sistem barunya itu bisa mengalkulasi dengan pas jumlah kromosom manusia yang terdapat pada jaringan embryonic paru-paru manusia sejumlah 46 bukan 48 sama hal yang diperkiraan banyak akademikus pada waktu itu. Dia sebagai satu diantara peletak dasar cytogenetik kekinian –ilmu yang mendalami interaksi di antara susunan serta kesibukan kromosom dan prosedur hereditas– jadi suatu cabang khusus pengetahuan genetika. Penelitiannya lainnya di tahun 1959 bawa pada penemuan kalau beberapa orang yang terserang Down Syndrome punya penambahan kromosom dalam beberapa sel mereka.

Hasil revolusionernya itu setelah itu diberitakan dalam sesuatu jurnal Skandinavia yang memiliki nama Heriditas pada 26 Januari 1956 cuma dalam kurun waktu 1bulan empat hari hari sejak mulai penemuannya itu. Ada narasi menarik dibalik penemuan jumlah 23 pasang kromosom ini, tidak hanya memang hasil penelitiannya yang menggemparkan, Tjio lantas lakukan tindakan yang cukup mengguncangkan dunia analisa Eropa lantaran dia menampik buat menuliskan Albert Levan (kepala Institute of Genetics tempat analisanya dikerjakan) jadi Author khusus dalam jurnal yang diluncurkan dalam Scandinavian Journal Hereditas tahun 1956 itu, walaupun sebenarnya itu suatu yang ‘wajib' sesuai sama konvensi Eropa yang udah terjadi lama. Tjio bahkan juga memberi ancaman bakal buang kerjaannya itu apabila Tjio tak tercantum jadi Author khusus. Selanjutnya, mengingat ini yaitu penemuan besar, Levan mengalah serta ia tercantum cuma untuk co-author.

Di tahun 1958 Tjio datang ke Amerika Serikat serta pada 1959 dia begabung berubah menjadi staf National Institute of Health di Bethesda, Maryland, AS. Ia terima gelar Ph.D. di biofisika serta Sitogenetika dari University of Colorado. Di sini dia melayani diri dalam analisa kromosom manusia. Di tersisa 37 tahun paling akhir profesinya, Tjio kerja di NIH (National Institute of Health) Washington. Disana Tjio mengkompilasi koleksi-koleksi sejumlah foto ilmiah yang mendokumentasikan penelitian-penelitiannya yang menakjubkan. Nyatanya kemampuan photography tersembunyinya tersalurkan pun di NIH.

Prestasi Tjio lantas gak dapat di pandang sepele, bahkan juga begitu menyenangkan. Pada tanggal 6 Desember 1962 Presiden AS, John F. Kennedy menganugerahi dirinya sendiri penghargaan International Prize Award winner of Joseph P. Kennedy, Jr Foundation. Penghargaan itu dikasihkan ke Tjio atas analisanya perihal keterbelakangan mental.

Tjio tutup umur tanggal 27 November 2001, 25 hari seusai ultahnya yang ke-82 di Gaithersburg, Maryland, Amerika. Kita bisa berbangga juga sekaligus prihatin, bangga lantaran akademikus kelahiran Indonesia bisa berikan sumbangsih besar buat ilmu dan pengetahuan, namun juga prihatin lantaran di negeri kita ‘belum' berubah menjadi tempat untuk akademikus menakjubkan.

Banyak kemampuan besar beberapa orang cerdik yang kurang menjadi perhatian, maka mereka ‘dibajak' oleh negara yang lain udah maju serta pengin menjunjung keistimewaan mereka, bahkan juga sejak mulai mereka masih amat muda. Semestinya sayang apabila orang hebat seperti Joe-Hin Tjio yang lahir di Jawa kelanjutannnya diketahui jadi pakar genetika Amerika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TOKOH DAN PENCIPTA BATIK NASIONAL

 TOKOH DAN PENCIPTA BATIK NASIONAL Tahukah Kamu Siapakah Profil serta Pembuat Batik Nasional? Batik menjadi kreasi cipta yang oleh UNESCO di...